A.
Pendahuluan
Di bidang kedokteran telah banyak hasil ilmu pengetahuan dan
teknologi yang telah ditemukan, misalnya alat kedokteran berupa USG (ultra
sono grafi), ECG (electro cardio graf), teknologi transplantasi
organ-organ tubuh, fertilisasi in vitro (bayi tabung), terapi genetik, dan
penemuan berbagai obat-obatan untuk penyembuhan berbagai penyakit, dan
lain-lain. Di bidang lain misalnya teknik kultur jaringan dan kultur embrio.
Semua itu adalah hasil perkembangan ilmu dan teknologi (sains), yaitu
dengan mempelajari dan memahami gejala-gejala alam secara objektif (apa
adanya).
Sains
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
1. Objek yang dikaji berupa benda-benda kongkret yang terdapat di
alam ini, benda-benda tersebut dapat dideteksi dengan panca indra kita, misal
dapat dilihat, didengar, dirasakan. Jadi, dapat berupa benda padat, cair, dan
gas.
2. Dikembangkan dengan pengalaman empiris (pengalaman nyata), dalam
arti pengalaman yang dapat dirasakan oleh setiap orang.
3. Melalui langkah yang sistematis, maksudnya siapa pun yang
membuktikan jika melalui cara cara, situasi, dan kondisi sama akan dihasilkan
produk yang sama pula.
4. Cara berpikir dengan menggunakan logika, misalnya berpikir
secara induktif, artinya berpikir dengan menarik kesimpulan dari hal-hal yang
khusus menjadi ketentuan umum. Contohnya manusia pasti mati, hewan pasti mati,
tumbuhan pun juga mati, dapat ditarik kesimpulan bahwa semua makhluk hidup
pasti akan mati. Selain berpikir secara induktif, juga berfikir secara
deduktif, artinya berfikir dengan menarik kesimpulan dari hal-hal umum menjadi
ketentuan yang berlaku khusus. Misalnya semua makhluk hidup memerlukan makan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, ayam adalah makhluk hidup. Kesimpulannya
ayam memerlukan makan untuk memenuhi hidupnya.
5. Hasilnya objektif, hanya memihak pada kebenaran ilmiah.
Berupa hukum-hukum yang berlaku untuk umum. Biologi merupakan
bagian dari sains yang memiliki karakteristik sama dengan sains.
Ruang
lingkup yang dipelajari dalam biologi meluliputi seluruh kehidupan yang ada di jagad
raya ini, mulai dari tingkatan makhluk hidup yang paling sederhana (sangat
kecil) hingga tingkatan organisasi yang paling kompleks (terbesar). Sebagai
ilmu yang memiliki karakteristik tersendiri, agar mudah dipelajari, biologi
harus ditinjau dari seluruh aspek secara utuh, baik yang menyangkut objek,
persoalan, maupun tingkat organisasi kehidupan.
Struktur keilmuan biologi didasarkan pada hasil yang dirumuskan
oleh tim BSCS (Biological Science Curiculum Study) (Mayer, 1978)
sebagaimana dapat dibuat diagram berikut.
Berdasar struktur keilmuan menurut BSCS, biologi memiliki objek
berupa kerajaan (kingdom): a) Plantae (tumbuhan), b) Animalium (hewan), c)
Protista. Ketiga objek tersebut dikaji dari tingkat molekul, sel, jaringan,
organ, individu, populasi, ekosistem, sampai tingkat bioma. Adapun persolaan
yang dikaji meliputi sembilan tema dasar, yaitu: a) Biologi (sains) sebagai
proses inkuiri/ penemuan, b) sejarah konsep biologi, c) evolusi, d)
keanekaragaman dan keseragaman, e) genetik dan keberlangsungan hidup, f)
organisme dan lingkungan, g) perilaku, h) struktur dan fungsi, serta i)
regulasi.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, objek biologi juga
terus berkembang. Klasifikasi makhluk hidup yang semula dibagi menjadi tiga
kerajaan, menurut Robert H. Whittaker 1969 meningkat menjadi lima kerajaan,
meliputi kingdom/regnum: a) Plantae, b) Animalia, c) Protista, d) Monera, dan
e) Jamur/Fungi.
Bahkan
menurut perkembangan terakhir Carl Woese (1987) makhluk hidup diklasifikasikan
menjadi enam kingdom/regnum, yaitu: a) Plantae, b) Animalia, c) Protista, d)
Fungi, e) Archaebacteria f) Eubacteria.
Suatu benda dapat dikatakan sebagai benda hidup/makhluk hidup
jika benda tersebut memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
- Memerlukan makanan (nutrisi) sebagai sumber energi dalam melakukan aktivitas.
- Melakukan proses pengangkutan transportasi dalam rangka mengedarkan zat-zat ke seluruh tubuh.
- Melakukan pernapasan respirasi untuk merombak zat-zat organik menjadi energi.
- Mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme yang sudah tidak dipergunakan lagi (ekskresi).
- Melakukan proses penyusunan zat-zat baru di dalam tubuh, umumnya berupa senyawa kimia yang kompleks seperti lemak, karbohidrat, lemak, dan lain-lain.
- Mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
- Mempunyai sistem yang mengatur keserasian proses-proses di dalam tubuhnya (regulasi).
- Melakukan perkembangbiakan untuk melestarikan jenisnya (reproduksi).
·
Dapat beradaptasi atau
menyesuaikan terhadap lingkungannya, misalnya menyesuaikan terhadap suhu,
kelembapan, cahaya matahari, makanan, dan lain-lain.
B. Struktur Organisasi Kehidupan
Struktur organisasi kehidupan dapat disusun sebagai berikut:
organisasi tingkat molekul > sel > jaringan > organ > sistem organ > individu > populasi > komunitas > ekosistem > biosfir.
1. Organisasi tingkat molekul
Organisasi tingkat molekul adalah organisasi kehidupan pada
tingkat paling rendah karena materi penyusunnya hanya terdiri atas asam
nukleat, yaitu Asam Deoksi Ribonukleat (ADN) atau Asam Ribonukleat (ARN) dan
protein, contohnya virus (perhatikan Gambar 1.2). Virus berukuran (2 – 20)
milimikron, hanya dapat hidup di dalam sel yang hidup, dan dapat berkembang
biak. Virus merupakan bentuk peralihan antara benda hidup dan benda mati karena
dapat berbentuk kristal.
2. Organisasi tingkat sel
Tiap makhluk hidup terdiri dari sel. Teori ini disebut teori sel,
dikembangkan oleh Schleiden (1804 – 1881) dan Schwann (1810 – 1892).
Keduanya berkebangsaan Jerman. Amoeba dan Paramaecium yang
hanya terdiri atas sebuah sel tergolong organisme bersel tunggal atau
uniseluler, sedangkan organisme yang tersusun dari banyak sel
disebut organism bersel banyak atau multiseluler. Pada umumnya
mikroorganisme yang tergolong dalam kingdom monera dan protista
hanya terdiri dari inti sel.
Sejarah penelitian tentang sel periode pertama berjalan 200
tahun. Diawali oleh Robert Hooke (1635 – 1703) yang mengamati sayatan
gabus dengan menggunakan mikroskop. Kemudian Schleiden (1804 – 1881) dan
Schwann (1810 – 1882) yang mengadakan pengamatan berulang-ulang terhadap
sel-sel hewan dan tumbuhan dengan mikroskop.
Pada tahun 1831 Robert Brown seorang ahli biologi dari
Scotlandia, melaporkan pengamatannya tentang adanya benda kecil yang terapung
dalam cairan sel yang disebut sebagai inti sel atau nukleus. Penyelidikan sel
selanjutnya terfokus padacairan sel yang disebut protoplasma oleh Felix
Dujardin (1835),Johannes Purkinje (1787 – 1869) dan Max Schultze (1825 – 1874).
Teori sel yang semula hanya menyatakan bahwa sel merupakan kesatuan struktural
dari kehidupan,ditambah dengan pernyataan bahwa sel juga merupakan kesatuan
fungsional dari kehidupan.
Rudolf
Virchow pada tahun 1858 menyatakan bahwa semua sel berasal dari sel-sel juga (omnis
cellula cellula), maka dengan kata lain, sel juga merupakan kesatuan
pertumbuhan makhluk hidup. Periode kedua sejarah penelitian sel adalah
eksperimeneksperimen, salah satu hasilnya adalah diketahui adanya factor menawan yang terdapat di
dalam nukleus, yaitu kromosom.
Berdasarkan pengetahuan itu, maka dapat dikatakan bahwa sel
merupakan kesatuan hereditas. Penemuan yang paling modern saat ini adalah
adanya mikroskop elektron yang dapat memberikan gambar dengan skala 1.000.000 x
ukuran benda yang sesungguhnya. Berikut ini
3. Organisasi tingkat
jaringan
Sel merupakan kesatuan bentuk kehidupan (teori sel). Di dalam
tubuh organisme multiseluler terdapat banyak sel yang berbeda bentuk dan
fungsinya. Bentuk dan susunan sel tergantung pada letak dan fungsinya di dalam
tubuh. Sel-sel yang sama bentuk dan fungsinya membentuk kelompok yang disebut
jaringan. Untuk dapat membentuk suatu jaringan, sel mengalami perubahan bentuk
dan fungsinya. Sel-sel yang mengalami perubahan biasanya pada jaringan
embrionel, misalnya jaringan meristem pada titik tumbuh suatu tumbuhan
membentuk jaringan epidermis, jaringan pembuluh, dan lain-lain.
Pada hewan juga terjadi perubahan yang demikian, zigot mengalami
pembelahan sel membentuk blastula. Pada perkembangan selanjutnya sel-sel
penyusun blastula berubah bentuk dan fungsinya menjadi berbagai jaringan tubuh,
seperti jaringan kulit, jaringan otot, dan lain-lain.
4. Organisasi tingkat
organ
Jaringan sebagai suatu organisasi sel belum dapat berfungsi
dalam tubuh organisme jika tidak bekerja sama dengan jaringan yang lain,
jantung misalnya harus dilengkapi dengan jaringan otot, jaringan saraf,
jaringan darah, jaringan ikat, dan jaringan epitel. Jaringan-jaringan tersebut
bekerja sama agar jantung dapat bekerja dengan baik. Jantung adalah organ atau
alat tubuh. Organ tubuh yang lain misalnya ginjal, liver, dan paru-paru.
Organ-organ ini pun mempunyai organisasi tertentu untuk membentuk sistem
tertentu pula.
Misalnya sistem pernapasan terdiri atas beberapa organ antara
lain hidung, rongga hidung, tenggorokan, cabang batang tenggorokan dan
paru-paru. Organisasi semacam ini disebut sistem organ.
5. Organisasi tingkat
individu
Dalam tubuh kita terdapat berbagai macam sistem organ. Seluruh
sistem itu saling berinteraksi melaksanakan suatu fungsi dalam tubuh makhluk
hidup. Makhluk hidup yang terdiri atas berbagai sistem organ disebut satu
individu. Setiap manusia termasuk individu. Demikian pula tiap-tiap ekor semut
dalam sekelompok semut atau tiap-tiap ekor domba dalam kawanannya dan tiap
pohon teh dalam sebuah perkebunan.
6. Organisasi tingkat
populasi
Kita dikelilingi berbagai jenis makhluk hidup yang bermacam-macam,
misalnya ayam, mangga, pepaya, kambing, dan lain-lain. Populasi merupakan
tingkatan organisasi yang terdiri atas sekelompok individu sejenis yang
menempati ruang dan waktu yang sama. Apabila berbicara mengenai populasi, kita
harus menyebutkan jenis individu yang dibicarakan dalam batas waktu dan tempat
tertentu. Misalnya populasi pohon bakau di hutan mangrove pada tahun 1990. Kita
tidak dapat mengatakan bahwa pohon bakau yang hidup di hutan mangrove dan di
pesisir pantai selatan adalah satu populasi, karena tempatnya berbeda.
7. Organisasi tingkat
ekosistem
Makhluk hidup hanya dapat hidup di tempat-tempat dengan
syarat-syarat tertentu untuk hidupnya, misalnya bakaubakau tumbuh di pantai,
lumut hidup di tempat-tempat lembap, dan pohon kurma hidup di tempat-tempat
kering. Namun, ada juga makhluk hidup yang tidak terikat pada syarat-syarat
tertentu dapat hidup di berbagai tempat yang keadaannya
berlainan.
Berbagai jenis makhluk hidup yang memerlukan syarat lingkungan sama dan dalam
beberapa hal saling membutuhkan, biasanya akan hidup bersamaan. Misalnya di
persawahan terdapat padi, katak, ulat, dan tikus. Kelompok organisme yang hidup
bersama-sama disebut komunitas.
Setiap organisme hidup dalam lingkungannya masingmasing,
lingkungan biotik dan lingkungan abiotiknya. Lingkungan biotik, yaitu semua
organisme yang terdapat di sekelilingnya. Adapun lingkungan abiotik, yaitu
faktor-faktor seperti iklim (suhu, kelembapan, cahaya) dan tempat hidupnya
(tanah, air, udara). Untuk mendapatkan energi dan materi yang diperlukan untuk
hidupnya, semua komunitas bergantung kepada lingkungan abiotik. Organisme
produsen memerlukan energi, cahaya, oksigen, karbon dioksida, air, dan
garam-garam dari lingkungan abiotik. Setelah materi dan energi diuraikan
produsen, hasilnya dapat diteruskan kepada konsumen tingkat pertama. Kemudian
ke konsumen tingkat kedua dan seterusnya. Materi dan energi yang berasal dari
lingkungan abiotik akan kembali lagi ke lingkungan abiotik lagi. Dengan
demikian komunitas dan lingkungan abiotiknya merupakan suatu sistem. Setiap
sistem demikian dinamakan ekosistem.
8. Organisasi tingkat
bioma
Semua komunitas biotik berhubungan dengan komunitas biotik lain
di sekelilingnya. Demikian pula ekosistem berhubungan dengan ekosistem lain di
sekelilingnya. Ekosistem hutan berhubungan dengan ekosistem sungai. Ekosistem
sungai berhubungan dengan laut. Dengan demikian, semua ekosistem di bumi ini
saling berhubungan, sehingga bumi merupakan suatu ekosistem besar disebut juga
biosfer.
Sebagai ilmu murni biologi mempunyai banyak cabang dalam
mempelajarinya. Cabang-cabang tersebut antara lain disusun dalam Tabel 1.1.
C. Bekerja Ilmiah
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki kemampuan
berfikir paling cerdas dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya. Dengan
kecerdasan tersebut manusia selalu berkeinginan untuk tahu dan tidak pernah
merasa puas dengan apa yang telah diketahuinya. Dengan demikian manusia akan
selalu mengembangkan rasa keinginantahuan tersebut melalui pengetahuannya.
Sifat keingintahuan manusia dapat berkembang melalui tahapan
sistematis yang telah ditentukan, yaitu melalui metode ilmiah. Metode ilmiah
mengarah pada pola berfikir logis, analitis (menggunakan analisis), dan empiris
(sesuai dengan kenyataan).
Adanya sifat empiris inilah yang menyebabkan kebenaran itu
bersifat objektif, artinya kebenaran melekat pada objek, siapa pun yang
memandang objek itu pasti sama. Langkah yang ditempuh oleh para ahli biologi
dalam memecahkan suatu masalah adalah langkah yang sesuai dengan metode ilmiah.
Secara garis besar langkah tersebut terdiri atas: Perumusan masalah,
penyusunan kerangka berfikir/landasan teori, perumusan hipotesis,
pengujian hipotesis, dan pengambilan kesimpulan.
1. Perumusan masalah
Perumusan masalah dimulai dari ketertarikan manusia terhadap
hal-hal tertentu yang menarik dan menjadi perhatiannya. Perumusan masalah
merupakan langkah untuk mengetahui masalah yang akan dipecahkan, sehingga
masalah tersebut menjadi jelas batasan, kedudukan, dan alternatif cara untuk pemecahannya.
2. Penyusunan kerangka
berpikir
Dalam menyusun kerangka berpikir diperlukan kemauan untuk
mempelajari laporan hasil penelitian orang lain, membaca referensi-referensi,
observasi langsung pada lingkungan atau hasil wawancara dengan para ahli. Kerangka
berfikir ini merupakan alasan yang menjelaskan keterkaitan antara berbagai faktor
dengan objek dan jawaban terhadap suatu permasalahan. Kerangka berfikir disusun
secara rasional berdasarkan penemuan-penemuan yang telah teruji kebenarannya.
3. Hipotesis
Hipotesis berfungsi sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan
yang timbul berdasarkan kesimpulan kerangka berpikir.
4. Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan eksperimen/ percobaan. Data
yang diperoleh dari melakukan percobaan kemudian dianalisis untuk membuktikan
apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis.
5. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan evaluasi terhadap sebuah
hipotesis yang telah dirumuskan, apakah hipotesis tersebut diterima atau
ditolak.
Contoh urutan metode ilmiah dan penerapannya dapat Anda perhatikan
pada Tabel 1.2
D. Penelitian Ilmiah
Rancangan penelitian adalah pokok-pokok perencanaan seluruh
penelitian yang tertuang dalam suatu kesatuan naskah secara ringkas, jelas, dan
utuh. Rancangan penelitian dibuat dengan tujuan agar pelaksanaan penelitian
dapat berjalan secara benar, baik, dan lancar. Rancangan penelitian memuat judul
penelitian, latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah penelitian,
tujuan dan fungsi penelitian, tinjauan kepustakaan, hipotesis (kalau
diperlukan), batasan konsep, metodologi penelitian dan daftar
kepustakaan.
Syarat-syarat rancangan penelitian seperti berikut ini.
1)
Sistematis, artinya unsur-unsur
yang ada dalam rancangan penelitian harus tersusun dalam urutan yang logis. Setiap
rancangan harus menentukan judul penelitian, menjelaskan latar belakang, dan
tujuan penelitian.
2)
Konsisten, artinya terdapat
kesesuaian di antara unsurunsurnya, misalnya antara judul dengan tujuan, antara
rumusan masalah dengan tujuan, antara rumusan masalah dengan metodologi, dan
sebagainya.
3)
Operasional, artinya
dapat menjelaskan bagaimana penelitian itu dilakukan, misalnya data yang
diinginkan, cara pengamatan terhadap objek penelitian, alat yang digunakan, dan
penentuan objek penelitian.
Selain
ketiga syarat di atas, penelitian harus bermanfaat bagi masyarakat maupun
perkembangan ilmu pengetahuan, mempunyai daya tarik, dan secara operasional
memungkinkan untuk diteliti kembali.
1. Judul penelitian
Judul penelitian sebagai nama, sekaligus identitas penelitian
yang dicantumkan dalam berbagai dokumen. Judul penelitian harus ringkas,
spesifik, dan jelas untuk memberi
gambaran
mengenai masalah yang diteliti. Judul penelitian contohnya: “Pengaruh pemberian
pakan pelet BR terhadap pertambahan berat ayam kampung umur 10 hingga 40 hari“
2. Latar belakang
masalah
Dalam membahas latar belakang masalah, peneliti harus
menunjukkan alasan memilih masalah topik atau judul. Dengan demikian fungsi
uraian tentang latar belakang masalah member alasan mengapa masalah atau topik
dipilih oleh peneliti. Banyak masalah yang menjadi topik tapi hanya satu
masalah saja yang dipilih, mengapa masalah itu diusulkan untuk diteliti.
Misalnya: Penelitian pengaruh pemberian pakan pelet BR terhadap pertambahan
berat ayam kampung umur 10 sampai 40 hari, berlatar belakang sebagai berikut.
- Pentingnya produksi ayam kampung dikaitkan dengan kebutuhan bahan pangan protein hewani.
- Pertambahan berat ayam pada umur tertentu sangat berpengaruh terhadap produksi ayam kampung.
- Belum ada penelitian tentang pengaruh pakan pelet BR terhadap pertambahan berat ayam kampung pada umur tertentu.
3. Rumusan masalah
Rumusan masalah penelitian berupa pertanyaanpertanyaan yang
memudahkan untuk merancang penelitian. Rumusan masalah harus dijabarkan secara
operasional dan spesifik dari judul penelitian. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam rumusan masalah, yaitu:
- masalah dirumuskan dengan kalimat sederhana dan dalam bentuk pertanyaan;
- singkat, jelas, dan padat serta tidak menimbulkan kerancuan pengertian.
Perumusan
masalah, misalnya: “Adakah pengaruh jumlah pakan pelet BR terhadap pertambahan
berat ayam kampung umur 10 sampai 40 hari?”
4. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian dimaksudkan sebagai jawaban atas keingintahuan
suatu masalah dalam penelitian. Perumusan tujuan penelitian harus sejalan
dengan rumusan masalah penelitian. Tujuan penelitian dirumuskan dalam kalimat
pernyataan. Jadi tujuan penelitian merupakan rumusan kalimat yang menunjukkan
keinginan peneliti untuk mencapai sesuatu melalui
penelitian.
Contoh: Mengetahui
pengaruh pemberian pakan pelet BR terhadap pertambahan berat ayam kampung umur
10 sampai 40 hari.
5. Manfaat penelitian
Manfaat penelitian perlu dikemukakan agar diketahui hasil yang
hendak dicapai dari penelitian dan untuk siapa penelitian itu digunakan. Manfaat
penelitian bisa bersifat praktis, misalnya mempermudah pengambilan
kebijaksanaan, dan dapat juga bersifat teoritis, misalnya memperkaya dan
mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan.
Manfaat
penelitian misalnya:
- sebagai masukan bagi para peternak dalam meningkatkan produksi ayam kampong
- sebagai masukan dalam pengembangan teknologi peternakan
6. Proposal penelitian
Proposal penelitian meliputi: identifikasi variabel, latar belakang
masalah, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, hipotesis (jika ada), dan metode
penelitian. Contoh
identifikasi variabel penelitian:
Identifikasi variabel pada penelitian tentang pengaruh pakan pelet
BR terhadap pertambahan berat tubuh ayam kampong umur 10 – 40 hari.
Variabel
manipulasi: Jumlah pakan pelet BR yang diberikan
Variabel
respon: pertambahan berat tubuh ayam kampung.
Variabel
kontrol: jenis ayam kampung, suhu udara, kelembapan, intensitas cahaya, luas
kandang.
7. Tinjauan pustaka
Tinjauan
pustaka ini meliputi:
- Mempelajari hasil yang diperoleh dari setiap sumber yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan.
- Mempelajari metode penelitian yang telah digunakan, termasuk metode pengambilan sampel, pengumpulan data, sumber data, dan satuan ukuran data.
- Mengumpulkan data dari sumber lain yang berhubungan dengan bidang penelitian yang akan dilakukan.
- Mempelajari analisis deduktif dan problema yang diteliti.
Analisis
deduktif yang dimaksudkan adalah berpikir dari hal yang abstrak ke hal yang
konkret. Di dalam tinjauan pustaka, uraian diharapkan dapat menjelaskan
(walaupun baru teoritik) masalah yang diteliti serta hubungan antara variabel
yang terkait. Contoh: Penelitian tentang pengaruh pakan pelet BR terhadap
pertambahan berat ayam kampung umur 10 – 40 hari, tinjauan pustakanya, sebagai
berikut.
·
Teori tentang pertumbuhan ayam
kampung dan faktorfaktor yang memengaruhinya.
·
Pengetahuan kandungan zat
gizi yang terdapat dalam pellet BR.
·
Hubungan zat gizi yang
dikandung oleh pelet BR terhadap pertambahan berat badan ayam kampung.
8. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu kemungkinan jawaban dari masalah yang
diajukan. Hipotesis dapat dikatakan sebagai pendapat yang masih sederhana
(sementara) karena belum diuji
kebenarannya. Hipotesis berfungsi sebagai jawaban sementara untuk masalah
penelitian. Hipotesis dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan yang menghubungkan
dua variabel atau lebih.
Berdasarkan isi dan rumusannya, hipotesis dibedakan menjadi dua,
berikut ini.
- Hipotesis alternatif atau Kerja atau Asli (Ha) adalah dugaan yang menyatakan ada pengaruh.
- Hipotesis nol (Ho) adalah dugaan yang menyatakan tidak ada pengaruh.
Perlu diketahui bahwa tidak semua penelitian harus mempunyai
hipotesis. Hipotesis diperlukan jika penelitian mempersoalkan hubungan
antarvariabel. Penelitian eksploratif (penelitian yang bersifat menjelajah) dan
penelitian deskriptif (penelitian yang bersifat menggambarkan) tidak memerlukan
hipotesis karena tujuannya tidak menguji hipotesis akan tetapi menjawab masalah
penelitian.
Penelitian yang memerlukan hipotesis adalah penelitian
eksplanatif (penelitian yang bersifat mencari hubungan antar variable). Misalnya:
Terdapat
pengaruh positif pemberian pakan pelet BR terhadap pertambahan berat tubuh ayam
kampung umur 10 sampai 40 hari.
9. Metode penelitian
Metode penelitian menguraikan bagaimana cara melakukan penelitian
tersebut, mulai dari menentukan populasi dan sampel, operasional variabel,
prosedur pengumpulan data, dan analisis data.
a. Operasional variabel
Variabel adalah faktor yang berpengaruh, memiliki nilai (ukuran)
tertentu dan dapat berubah atau diubah. Oleh karena itu variabel merupakan
faktor peubah. Misalnya:
- variabel manipulasi/bebas, faktor ubah yang sengaja dibuat berbeda-beda oleh pelaku peneliti. Misalnya: jumlah pakan pelet BR yang diberikan.
- variabel respon/terikat faktor ubah yang terjadi sebagai akibat proses yang sedang berjalan. Misalnya: pertambahan berat ayam kampung
b. Merancang penelitian, yaitu membuat rancangan yang menggambarkan
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat yang akan diteliti.
Rancangan
penelitian dapat dibuat seperti tabel.
c. Menentukan populasi dan sampel
· Populasi, merupakan
sekelompok objek penelitian yang kesimpulannya akan digeneralisasikan.
Misalnya: populasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah jenis ayam
kampung.
· Sampel adalah sebagian
anggota yang mewakili populasi. Misalnya: diambil sampel 50 ekor ayam kampung
d. Menentukan instrumen/alat
dan bahan yang diperlukan dalam melakukan penelitian (eksperimen). Instrumen
yang diperlukan antara lain:
Tempat untuk memelihara 50 ekor ayam kampung dibagi 5 kelompok
masing-masing kelompok 10 ekor, pakan pellet BR, tempat air untuk minum, tempat
pakan, timbangan, kertas, alat tulis.
e. Menyiapkan langkah-langkah penelitian atau cara kerja dalam
memperoleh data
· Tempatkan ayam kampung
pada tempat yang disediakan
· Kelompokkan sesuai dengan
perlakuan pada rancangan percobaan.
· Lakukan penimbangan berat
masing-masing ayam kampung setiap 5 hari.
· Catat hasilnya dan
masukkan ke dalam tabel sampai ayam berumur 40 hari.
· Lakukan analisis data.
f. Merancang analisis data
Analisis data merupakan
cara mengolah data penelitian untuk membuktikan berlaku tidaknya hipotesis yang
diajukan.
Contoh:
·
Mencari nilai rata-rata
berat ayam kampung pada tiap perlakuan.
·
Membandingkan antara hasil
perlakuan yang satu dengan perlakuan yang lain.
g. Menyusun jadwal penelitian. Memperkirakan lama waktu dalam
penelitian sampai dengan penulisan laporan.
h. Mengumpulkan data dari hasil percobaan
Setelah
alat dan bahan telah siap, dimulailah eksperimen/ percobaan seperti yang telah
direncanakan. Pertumbuhan berat tubuh ayam diukur/ditimbang setiap 5 atau 10
hari. Kemudian buatlah tabel data pengamatan untuk setiap kelompok percobaan,
data yang diperoleh dicatat dalam tabel, dengan demikian diperlukan 5 tabel
pengamatan pertumbuhan.